Selasa, 08 Desember 2009

budaya yang sangat buruk

Budaya cabul

Lihat dan perhatikanlah bagaimana budaya cabul telah merusak akar kehidupan moral masyarakat kita bahkan sampai tingkat yg tak terbayangkan. Seorang ayah sampai tega merusak anak gadisnya. Seorang tetangga demikian bejad hingga tega merusak kehormatan tetangganya. Kekerasan demi kekerasan semakin merajalela dgn segala jenis dan bermacam cara. Nyawa manusia kadang hanya dihargai tak lbh dari sebungkus rokok. Sementara keluarga korban meratap kehilangan anggota keluarga tanpa jelas dosa yg diperbuatnya para pelaku dgn santai dan nyaman masih meni’mati kebebasan dan kesenangan. Sementara itu kita selalu mendengar slogan-slogan anti kekerasan didengungkan dan disosialisasikan melalui media-media massa. Slogan-slogan anti cabulisme juga tak tinggal diam walau masih kalah dgn yg lain. Tapi kontradiksi kenyatanan dgn pernyataan sangat jelas terjadi. Jauh panggang dari api. Bagaimana tidak. Lihat media-media kita baik cetak mau pun elektronik. Mereka adl ujung tombak pemasaran budaya kekerasan dan cabulisme. Dari anak-anak sampai tua jompo tiap hari tiada henti selalu diberi suguhan kekerasan dan cabulisme. Dari pagi hingga malam hari tiada henti kita selalu diwarnai dgn warna yg ditampilkan oleh media massa. Yang paling jauh dan luas jangkauannya adl media televisi. Banyak tayangan yg tidak mendidik. Dari kartun hingga sinetron dan film yg dimainkan manusia. Semua menampilkan bagaimana menegakkan kebenaran -yang menurut mereka benar- dgn kekerasan. Lihatlah Digimon Pokemon Dragon Ball film-film action Ultimate Fighting Championship Smackdown dan lain-lain yg terlalu banyak utk disebutkan disini. Tidakkah kita menyadari dampak psikologis yg mempengaruh kita orang per orang kelompok masyarakat dan bangsa ini dgn segala resiko yg akan kita tanggung dari buruknya efek yg kita saksikan? Entah dibawa kemana nanti anak-anak sekarang yg akan menjadi pemimpin masa depan. Haruskah kita menunggu sampai korban semakin banyak? Ataukah tiap orang harus merasakan akibat dan menjadi korban dulu baru mau menyadarinya? Tidak cukupkah kita membaca dan mendengar banyaknya korban pembunuhan kekerasan pemerkosaan dan lain sebagainya yg tentu saja sudah sangat menyesakkan dada? Slogan-slogan kosong dgn bahasa-bahasa yg sangat klise sudah tidak saatnya kita pakai. Solusinya bukan dgn mengerahkan aparat keamanan sebanyak dan sesering mungkin. Mereka hanya manusia yg terbatas kemampuannya. Bukan juga dgn memenjarakan mereka semua krn penjara tentu saja tidak cukup utk menampung seluruh pelaku kejahatan. Lagi pula sudah terbukti nyata bahwa penjara justru menjadi sekolah dan universitas kejahatan nomor satu walau tanpa ijazah tanpa gelar. Masyarakat yg salah satu anggotanya melakukan kejahatan lalu masuk penjara biasanya akan sangat was-was jika orang tersebut akan keluar dari penjara. Sudah rahasia umum. Rahasianya terletak pada hati manusia yg merupakan sumber pengendali dan penggerak manusia. Hal ini hampir tidak pernah diperhatikan kalau tidak mau dibilang tidak pernah. Persoalannya bagaimana cara menata dan membersihkan hati manusia? Jawaban yg tepat tentunya ada pada Sang Pencipta manusia itu. Dialah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena Dialah yg Maha Mengetahui. Artinya urusan menata dan membersihkan hati harus dgn menjalani aturan-aturan Allah Sang Pencipta alam semesta beserta isinya. Ironinya kecongkakan manusia masih menjadi penghalang nomor satu utk menerima aturan Pencipta. Mereka dgn congkak menyatakan bahwa aturan yg mereka buatlah yg terbaik. Sebagian mereka krn menuruti hawa nafsunya berpaling dari aturan Allah walaupun mereka mengakui kebenarannya. Marilah kita perbaharui diri masyarakat dan cara kehidupan kita pada tahun baru hijriyah ini. Sekiranya pergantian tahun ini dapat menyadarkan kita bahwa waktu terus berlalu namun tugas belum selesai. Mematuhi Sang Pencipta adl suatu keharusan dan jalan kebenaran. Mematuhi manusia tiada guna dan hanya menghabiskan usia utk hal yg sia-sia. Wa Allahu al Musta’aan.

budaya kekerasan yang menyimpang

Budaya kekerasan

Kita semua setuju bahwa budaya kekerasan tidak baik.Ledakan bom di hotel JW Marriot dan Ritz Carlton adalah bentuk budaya kekerasan. Oleh karena itu semua orang (kecuali teroris tentunya) mengutuknya.

Namun pernahkah kita berpikir bahwa budaya kekerasan telah menyelinap masuk demikian jauh dalam kehidupan kita sehari-hari? Bentuk-bentuk umum dari kekerasan adalah perang, atau bentrokan antara demonstran dengan polisi atau peristiwa penggusuran.

Ada baiknya kita mulai berpikir apakah tindakan kita termasuk bentuk kekerasan atau tidak.

1. Dalam Masyarakat
Tindakan penggusuran tentu diamini adalah bentuk kekerasan. Namun pernahkah kita berpikir bahwa perilaku berkendaraan yang buruk di jalan seperti menyalip atau melanggar lampu merah adalah juga bentuk kekerasan?

Perilaku bunuh diri juga merupakan bentuk kekerasan yang ditujukan pada diri sendiri.

2. Dalam Pendidikan
Syarat kelulusan yang sebetulnya baik sering dipakai sebagai dalih untuk beban keuangan tambahan seperti les pelajaran atau praktek jual beli nilai. Namun pernahkah kita berpikir bahwa sikap guru, sekolah dan orang tua murid juga mempengaruhi budaya kekerasan pada anak.

3. Dalam Keluarga
Sudah menjadi rahasia umum bahwa kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah salah satu pemicu perceraian. Juga perlakuan yang buruk terhadap pembantu rumah tangga adalah salah satu bentuk kekerasan. Namun pernahkah kita berpikir bahwa kita sering menyamakan kedisiplinan dengan kekerasan. Kekerasan justru banyak terjadi dalam keluarga berupa kemarahan baik sebagai pelampiasan kekesalan karena dimarahi boss di kantor maupun karena harapan kita pada diri sendiri, pasangan hidup atau anak tidak terpenuhi.

Pernahkah Anda tahu bagaimana cara memancing kepiting?

Cara yang umum digunakan di Kalimantan adalah menggunakan sebatang bambu yang ujungnya diikat dengan tali. Di ujung tali diikatkan sebuah batu. Batu kemudian digerakkan ke arah kepiting yang diincar. Karena merasa terganggu maka kepiting tersebut akan mencengkeram batu tadi. Selanjutnya kepiting yang lagi marah tersebut akan dengan mudahnya diangkat ke wajan dengan api yang menyala.

4. Dalam Internet
Salah satu bentuk kekerasan dalam internet adalah spam, maksudnya membanjiri email seseorang dengan email-email yang tidak diharapkan.

Tindakan yang dapat dilakukan:

1. Menyadari bahwa reaksi kitalah yang mementukan terbentuknya budaya kekerasan atau dengan kata lain biasakan untuk berkepala dingin. Umumnya bila kita berkepala dingin alternatip penyelesaian dapat ditemukan.

2. Mengembangkan kebiasaan untuk bersyukur setiap hari